8 Cara Menurunkan Bounce Rate pada Website dan Blog


Setiap pemilik blog tentu ingin blognya ramai didatangi pengunjung setiap hari. Berbagai langkah optimasi SEO pun diterapkan sampai mendapatkan angka trafik yang memuaskan. Namun, setelah itu datang masalah lain yakni pengunjung-pengunjung tersebut hanya membuka satu halaman dan tidak tertarik untuk menelusuri halaman-halaman lain di website/blog. Situasi ini disebut sebagai bounce rate.

Apa Itu Bounce Rate?

Bounce rate adalah persentase pengunjung yang langsung meninggalkan website setelah membuka satu halaman saja (Google Analytics). Yoast SEO menambahkan, bounce rate adalah keadaan di mana pengunjung hanya membuka satu halaman website tanpa melakukan tindakan apa pun. Mereka tidak menekan tombol menu, CTA, atau internal link lainnya di halaman tersebut.

Bounce rate dihitung menggunakan pembagian single page visit (kunjungan halaman tunggal) terhadap semua trafik yang masuk. Misalnya, website Anda mendapatkan trafik 1000 dan 500 di antaranya adalah single page visit. Jadi bounce rate Anda adalah 50%. Semakin tinggi persentase bounce rate menunjukkan ada yang salah dengan strategi Anda.

Bounce rate yang tinggi mengindikasikan satu dari dua kemungkinan. Pertama, kualitas konten di halaman tersebut terlalu buruk sehingga pengunjung tidak tertarik untuk mengeksplorasi konten-konten lainnya. Kedua, konten tidak sesuai dengan maksud (intent) pengunjung sehingga mereka mencari konten dari website lain yang sesuai dengan keinginannya.

Sampai di sini mungkin Anda sudah mulai bertanya-tanya, apakah website atau blog Anda memiliki bounce rate yang tinggi. Anda tidak perlu menghitung manual karena Anda bisa menggunakan Google Analytics untuk mengetahui bounce rate website/blog Anda. Jika belum punya Google Analytics di website, Anda bisa memasangnya dengan mengikuti panduan memasang Google Analytics di WordPress.

Cara Mengecek Bounce Rate di Google Analytics

Berikut adalah cara mengecek bounce rate di Google Analytics:

  • Buka Google Analytics
  • Klik Behavior > Overview
  • Dapatkan Ringkasan Bounce Rate Keseluruhan

Di menu overview Anda akan mendapatkan rata-rata bounce rate semua halaman di website/blog Anda seperti di bawah ini:

  • Buka Laporan Bounce Rate Per Halaman

Anda juga bisa mendapatkan laporan bounce rate per halaman dengan membuka menu Full Report dan akan muncul laporan seperti di bawah ini:

Sudah mendapatkan laporan bounce rate website/blog Anda? Apakah bounce rate website Anda tinggi? Jika iya, tidak perlu khawatir karena artikel ini akan memandu Anda bagaimana menurunkan bounce rate tersebut.

8 Cara Menurunkan Bounce Rate

1. Tingkatkan Kualitas Konten

Meskipun pengunjung telah membuka website Anda, belum tentu mereka akan membaca konten Anda sampai selesai. Jika konten Anda tidak disusun secara rapi, pengunjung akan kesulitan untuk membacanya. Pengunjung yang kesulitan membaca konten Anda akan beralih ke website lain dengan konten serupa yang disusun lebih rapi dan enak dibaca.

Ingat, konten Anda bukanlah satu-satunya di internet. Ada ribuan atau bahkan ratusan ribu website/blog lain yang membahas topik serupa. Jadi Anda harus bisa membuat konten sebaik mungkin agar pengunjung tidak beralih ke website atau blog lain. Bagaimana caranya?

Pertama, bagi artikel menjadi paragraf-paragraf pendek. Pengguna internet terbiasa untuk membaca cepat dan paragraf singkat memudahkan mereka untuk membaca dengan cepat. Ketika melihat paragraf panjang, pembaca tidak bisa langsung melihat inti dari paragraf tersebut.

Kedua, manfaatkan subheading. Subheading membantu pembaca untuk menemukan poin-poin penting dalam sebuah artikel. Contohnya, di artikel ini ada tiga poin penting yang ingin saya sampaikan, yaitu Apa Itu Bounce Rate, Cara Mengecek Bounce Rate, dan Cara Menurunkan Bounce Rate. Ketiga poin tersebut saya tulis menggunakan Heading 2 dari WordPress.  

Ketiga, tambahkan visual menarik. Pembaca akan mudah bosan jika hanya melihat teks dari awal sampai akhir artikel. Anda bisa menambahkan foto, gambar ilustrasi, infografik, atau bahkan video di artikel Anda. Selain membuat artikel lebih menarik, media visual juga membuat pembaca lebih mudah memahami konten Anda.

2. Buat Alur Cerita yang Menarik

Jika di poin pertama saya lebih banyak menjelaskan peningkatan kualitas konten secara teknis, di poin kedua yang ingin saya tekankan adalah alur cerita yang menarik.

Konten yang disusun rapi, tetapi alur ceritanya biasa saja akan kalah dengan konten yang disusun rapi dan punya alur cerita yang menarik. Ingat, terdapat ribuan konten bersaing untuk satu kata kunci yang sama. Jadi konten Anda harus benar-benar outstanding di antara konten-konten lainnya, baik dari segi teknis dan alur cerita.  

Sebuah alur cerita (storytelling) dianggap bagus atau menarik ketika pembaca merasa relatable dengan cerita tersebut. Storytelling yang baik membuat pembacanya merasa seolah-olah sedang membaca cerita atau pengalamannya sendiri.  

Salah satu cara efektif untuk membuat konten yang relatable adalah dengan menggunakan kata ganti orang kedua seperti kamu, Anda, atau lo, sesuai dengan gaya bahasa yang cocok dengan audiens Anda. Dengan menggunakan kata ganti orang kedua, Anda bisa membuat alur cerita yang interaktif seakan-akan penulis sedang berbicara dengan pembacanya.

Selain itu, tempatkan diri Anda di posisi pembaca. Ketika menulis artikel, tanyakan pada diri Anda, apa masalah yang dihadapi pembaca? Solusi apa yang bisa Anda tawarkan? Apa yang ingin diketahui pembaca? Istilah seperti apa yang akan mudah dipahami pembaca? Dengan begitu Anda akan menulis konten yang benar-benar dibutuhkan pembaca.    

3. Gunakan Popup Sewajarnya

Banyak perdebatan mengenai penggunaan popup. Di satu sisi, popup bisa membantu Anda memperoleh leads melalui subscriber blog atau newsletter. Di sisi lain, popup tetap tidak disukai oleh kebanyakan pengguna.

Anda tetap bisa menggunakan popup, tetapi jangan terlalu berlebihan. Berlebihan yang saya maksud di sini adalah pengunjung terus menerus disodori popup setiap berapa menit sekali ketika membaca konten.

Penggunaan popup yang berlebihan hanya akan mendorong pengunjung untuk menutup halaman website Anda. Menurut sebuah penelitian, 70 persen pengunjung website menyatakan popup yang berlebihan dan tidak relevan itu menjengkelkan. Jadi usahakan atur popup untuk muncul sewajarnya agar pengunjung tidak kesal.

4. Pilih Topik yang Relevan

Jika website atau blog Anda mendapatkan trafik dari kata kunci yang sama sekali tidak berkaitan dengan produk atau layanan yang dijual, kemungkinan angka bounce rate akan tinggi.

Ketika melakukan riset keyword, selain volume pencarian tinggi, Anda juga perlu mempertimbangkan relevansinya dengan produk Anda. Misalnya, produk yang Anda jual adalah pakaian, tetapi Anda menulis artikel blog tentang donat Indomie yang sedang hits.

Blog Anda mungkin bisa mendapatkan trafik tinggi dari topik tersebut, tetapi diikuti juga dengan bounce rate yang tinggi karena topik tersebut tidak relevan dengan produk Anda.

5. Buat Konten Sesuai Search Intent

Bayangkan, Anda mengetik sebuah kata kunci di Google lalu Anda mengklik salah satu website di hasil pencarian. Setelah Anda baca sekilas ternyata konten di website tersebut tidak sesuai dengan yang Anda ekspektasikan. Apa yang akan Anda lakukan? Tentu mengulangi proses pencarian kata kunci sampai Anda menemukan konten yang sesuai dengan maksud dan keinginan Anda (search intent).

Keadaan di atas adalah contoh mengapa search intent menjadi salah satu komponen yang menentukan tinggi rendahnya bounce rate website Anda. Pembaca akan langsung meninggalkan website Anda ketika mereka tahu konten Anda tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Sebaliknya, jika konten Anda sesuai ekspektasi, mereka akan membacanya sampai selesai.

Untuk membuat konten yang sesuai dengan search intent pembaca, Anda perlu memahami macam-macam search intent terlebih dahulu. Secara umum, kata kunci dibagi menjadi empat berdasarkan search intent, yaitu informational, navigational, commercial investigation, dan transactional.

Pertama, informational keyword adalah jenis keyword yang mengantarkan pembaca kepada konten yang memberikan penjelasan lengkap mengenai satu topik. Misalnya, ketika mengetik “cara membuat blog”, pembaca ingin membaca konten yang memandunya membuat blog dari awal sampai akhir.

Kedua, navigational keyword adalah kata kunci yang biasanya langsung mengarah ke merek tertentu. Misalnya, kata kunci seperti “facebook”, “twitter”, “youtube”, atau “instagram”. Ketika mengetik kata kunci tersebut, pengguna ingin langsung diarahkan ke website resmi merek tersebut, bukan diarahkan ke penjelasan mengenai sejarah merek-merek tersebut.

Ketiga, commercial investigation keyword adalah kata kunci yang digunakan pencari untuk mendapatkan informasi mengenai perbandingan produk dari beberapa merek.

Contohnya adalah kata kunci seperti “sepatu terbaik”, “smartphone gaming terbaik”, “laptop gaming terbaik”, atau “mouse terbaik”. Ketika mencari kata kunci tersebut, pengguna ingin melakukan perbandingan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing merek.

Keempat, transactional keyword adalah kata kunci yang digunakan pencari ketika mereka sudah di fase pembelian atau transaksi. Biasanya pencari menggunakan kata kunci yang menunjukkan transaksi seperti beli atau murah. Contohnya, “beli laptop”, “beli domain”, atau “beli smartphone”.

6. Tingkatkan Kecepatan Website

Salah satu hal yang paling dibenci oleh para pengunjung website adalah loading lambat. Loading website yang lama membuat pengunjung website jengkel dan akhirnya mencari website lain yang bisa memberikan informasi lebih cepat.

Sebagus apa pun konten yang Anda buat, pengunjung website tidak mempunyai toleransi untuk loading lambat. Menurut Google, 53 persen pengguna internet meninggalkan website yang loadingnya lebih dari 3 detik. Selain itu, 79 persen orang yang kecewa dengan website loading lama menyatakan tidak akan kembali lagi ke website tersebut.

7. Buat Desain Mobile Friendly

Perangkat mobile adalah perangkat yang paling banyak digunakan pengguna internet Indonesia untuk mengakses internet. Berdasarkan survei Google, 94 persen pengguna internet Indonesia mengakses internet melalui perangkat mobile.

Dengan smartphone sebagai perangkat utama pengguna internet Indonesia, pemilik website dan blog dituntut untuk menyediakan website yang mobile friendly. Sayangnya, tidak semua tema website menyediakan tema website yang responsif di perangkat mobile. Anda bisa membuat tema WordPress menjadi mobile friendly dengan menggunakan bantuan plugin. Simak penjelasan lengkap mengenai plugin-plugin website mobile friendly.

8. Atur Link Menjadi “Open in New Tab”

Dalam sebuah konten, tentu Anda meletakkan setidaknya tiga atau empat tautan, baik itu tautan internal maupun eksternal. Platform seperti WordPress secara otomatis mengatur pembaca untuk membuka link di tab yang sama dengan halaman yang sedang dibuka.

Sayangnya, hal tersebut akan merusak pengalaman pembaca karena mereka perlu menekan tombol back untuk kembali ke halaman pertama.

Bayangkan, jika pembaca membuka lima tautan di sebuah artikel, mereka perlu menekan tombol back berkali-kali untuk kembali ke halaman awal. Tentu hal itu melelahkan bagi pembaca dan merugikan Anda karena exit rate semakin tinggi yang artinya bounce rate juga ikut naik.

Oleh karena itu, Anda perlu mengarahkan pembaca blog/website ke tab baru ketika mengklik sebuah tautan di artikel. Dengan begitu pembaca tidak perlu menekan tombol back berkali-kali untuk kembali ke halaman pertama. Anda bisa memodifikasi pengaturan open link in new tab di WordPress dengan mudah menggunakan bantuan plugin WP External Links.

Content WritingDigital MarketingWebsite Development

Comments are disabled.